by: Khoirul Taqwim
Mayat berjalan
Di antara kepala manusia berderet
Membumbung setinggi nahkoda kehidupan
Mewarna sempoyongan langkah kaki
Sampai tak ada kata terucap lewat bibir yang kaku
Mayat berjalan
Kepasar, campus, terminal dan kemana saja
Sesuka hati dan jiwa kan melangkah
Mayat berjalan kian nampak hilang
Di telan gempa alam yang makin runyam
Sampai badan lemas gemulai tak berdaya
Menjadi puing-pung rasa yang makin menusuk
Mayat berjalan
Karena hidup dengan kendaraan jasad
Nanti juga kembali pada-NYA
Minggu, 05 Desember 2010
Sabtu, 04 Desember 2010
Kain Kafan Mentutupku
by: Khoirul Taqwim
Malam gelap menjelang shubuh
Embun nampak mengguyur di sepanjang rona-rona alam
Melukis kitab tersirat arwah ghaibku
Tak dapat menghindar dari suratan takdir
Sampai aku menutup mata kala pagi itu
Keranda mayat tanpa roda terlihat
Mengoyak di dinding-dinding nafas ghaibku
Hilang rasa keduniawian yang bersifat kimiawi
Terganti alam baruku barzakh namanya
Diangkatlah ruhku setinggi langit membiru
Lalu di lemparlah jasadku dalam kubangan lumpur
Bersama cacing-cacing dan kelabang tanah
Jasadku sudah tergolek bersama kain kafan
Baju yang ku kenakan saat aku telah tiada
Kain kafan yang putih bersih
Bercampur lumpur menjadi hitam melekat
Badanku tak berdaya sama sekali
Namun dalam jiwaku selalu berusaha ikhlas selalu
Melepas ketiadaan jasad yang kupakai waktu itu
Saatnya menuju hari pengadilan ghaib
Antara aku dengan sang pencipta alam
Menebus segala dosa yang telah kulakukan
Selama aku ada di alam semesta
Aku pasrah pada Ilahi
Kemana kan di tempatkan ruhku
Saat maut menjemput raga
Hingga aku terbungkus kain kafan
Badanku saket tak karuan
Saat di cabut ruhku dalam jasad
Namun aku ikhlas hadapi semua yang ada
Bersama kain kafan yang setia menutupku
Malam gelap menjelang shubuh
Embun nampak mengguyur di sepanjang rona-rona alam
Melukis kitab tersirat arwah ghaibku
Tak dapat menghindar dari suratan takdir
Sampai aku menutup mata kala pagi itu
Keranda mayat tanpa roda terlihat
Mengoyak di dinding-dinding nafas ghaibku
Hilang rasa keduniawian yang bersifat kimiawi
Terganti alam baruku barzakh namanya
Diangkatlah ruhku setinggi langit membiru
Lalu di lemparlah jasadku dalam kubangan lumpur
Bersama cacing-cacing dan kelabang tanah
Jasadku sudah tergolek bersama kain kafan
Baju yang ku kenakan saat aku telah tiada
Kain kafan yang putih bersih
Bercampur lumpur menjadi hitam melekat
Badanku tak berdaya sama sekali
Namun dalam jiwaku selalu berusaha ikhlas selalu
Melepas ketiadaan jasad yang kupakai waktu itu
Saatnya menuju hari pengadilan ghaib
Antara aku dengan sang pencipta alam
Menebus segala dosa yang telah kulakukan
Selama aku ada di alam semesta
Aku pasrah pada Ilahi
Kemana kan di tempatkan ruhku
Saat maut menjemput raga
Hingga aku terbungkus kain kafan
Badanku saket tak karuan
Saat di cabut ruhku dalam jasad
Namun aku ikhlas hadapi semua yang ada
Bersama kain kafan yang setia menutupku
Jumat, 03 Desember 2010
Kematian Sebuah Kenyataan
by: Khoirul Taqwim
Kematian adalah alamku yang kian mendekat kurasa
Sampai diri tak tahan menjemput malam yang kian lari kencang
Kearah alam bawah sadarku yang terasa hening dan senyap
Mewabah ke jantung relung hati yang merasuk
Kematian adalah suara ghaib yang kian melekat
Mewabah kejantung dan jiwa mendekap
Mengarah ke sepanjang jalan arus nan waktu
melambai kebisingan jauh melanda
Alam kematian adalah kehadiran
Setiap insan kan terbawa melayang terasa
Sampai di penghujung waktu kan tiba
Tiada yang dapat menghindar dari kejaran maut
Sebab kematian selalu melambai setiap detik
Setiap tarikan nafas adalah ancaman kematian
Hematlah nafasmu jika ingin lari
Tetapi kematian kan tetap menemukanmu
Walau di kau ada di jembatan atau di gedung bertingkat
Kematian kan tetap jadi sebuah kenyataan
Kematian adalah alamku yang kian mendekat kurasa
Sampai diri tak tahan menjemput malam yang kian lari kencang
Kearah alam bawah sadarku yang terasa hening dan senyap
Mewabah ke jantung relung hati yang merasuk
Kematian adalah suara ghaib yang kian melekat
Mewabah kejantung dan jiwa mendekap
Mengarah ke sepanjang jalan arus nan waktu
melambai kebisingan jauh melanda
Alam kematian adalah kehadiran
Setiap insan kan terbawa melayang terasa
Sampai di penghujung waktu kan tiba
Tiada yang dapat menghindar dari kejaran maut
Sebab kematian selalu melambai setiap detik
Setiap tarikan nafas adalah ancaman kematian
Hematlah nafasmu jika ingin lari
Tetapi kematian kan tetap menemukanmu
Walau di kau ada di jembatan atau di gedung bertingkat
Kematian kan tetap jadi sebuah kenyataan
Perasaan Jiwa
by: Khoirul Taqwim
Perasaan jiwa mulai kaku membilu
Membenamkan seluruh angan-angan yang kian jauh dari harap
Merasuk kesegala jantung hayal yang tak tersampaikan
Sampai daku melayang ke bah samudra jiwa
Menepis ke segala salah kilaf yang ada
Jiwaku rancu
Membuat daku kian terjerumus ke alam pikir
Benar ini penyakit jiwa yang kian ada dalam benak
Sulit memahami tentang kisah yang jauh dari akal
Sampai buat daku terjerembab bahasa yang benar dangkal
Perasaan jiwa yang kian kering
Terhapus sudah pada alam pikir
Menerawang ke angkasa jauh nan luas
Menghinggap dalam benih jiwa yang terasa
Sampai tak tahan apa itu rasa
Perasaan jiwa adalah sebuah getaran rasa
Mewabah ke sukma derita yang jauh terperosok arah
Perasaan jiwa mulai kaku membilu
Membenamkan seluruh angan-angan yang kian jauh dari harap
Merasuk kesegala jantung hayal yang tak tersampaikan
Sampai daku melayang ke bah samudra jiwa
Menepis ke segala salah kilaf yang ada
Jiwaku rancu
Membuat daku kian terjerumus ke alam pikir
Benar ini penyakit jiwa yang kian ada dalam benak
Sulit memahami tentang kisah yang jauh dari akal
Sampai buat daku terjerembab bahasa yang benar dangkal
Perasaan jiwa yang kian kering
Terhapus sudah pada alam pikir
Menerawang ke angkasa jauh nan luas
Menghinggap dalam benih jiwa yang terasa
Sampai tak tahan apa itu rasa
Perasaan jiwa adalah sebuah getaran rasa
Mewabah ke sukma derita yang jauh terperosok arah
Langganan:
Postingan (Atom)